Saturday, May 27, 2017

Makna Menulis Di Dalam Islam


Menulis merupakan suatu kegiatan dengan menuangkan pemikiran-pemikiran seseorang berdasarkan apa yang ia ketahui ataupun mengenai perasaannya. Islam mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang senang mengkaji, meneliti, menelaah serta mampu menuangkan pemikiran-pemikiran kreatif bagi setiap orang. Sehingga dapat menjadi sesuatu yang inovatif bagi yang lainnya agar mereka termotivasi.

Tentu hal ini tidaklah mudah, karena sesuatu yang mengharuskan seseorang harus menuangkan sebuah ide sangatlah minim. Hal ini dikarenakan terlalu banyak hal-hal yang dipikirkan dalam menyusun sebuah tulisan. Padahal data-data yang dipikirkan tersebut bisa jadi benar. Akan tetapi, diri kita sendiri yang bingung harus memulai darimana terlebih lagi kita tidak pernah memulainya. Selain itu, kebanyakan dari kita yang menganggap bahwa kegiatan tulis-menulis ini merupakan kegiatan yang menjenuhkan. Hal inilah yang secara psikologis membuat seseorang enggan meneruskan niat tulisnya.  Padahal kalau kita mengetahui kebaikan di dalam sebuah tulisan, maka Insyaallah kita pasti akan berusaha untuk bisa menulis apapun hal yang dapat ditulis. Lalu bagaimanakah Islam memandang sebuah tulisan?

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam Q.S. Al-Qalam (68): 1-3 yaitu :

نٓ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُوْنَ

Artinya : “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” (ayat 1)

مَاۤ اَنْتَ بِـنِعْمَةِ رَبِّكَ  بِمَجْنُوْنٍ

Artinya : "Dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah orang gila.” (ayat 2)

وَاِنَّ لَكَ لَاَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍ

Artinya : "Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.” (ayat 3)  
Berdasarkan Ayat Al-Qur'an tersebut,  Allah Subhanallahu wa Ta’ala menggambarkan bahwa suatu pemikiran yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan merupakan kegiatan yang akan memperoleh pahala yang tiada putusnya. Sebuah amalan seperti itu disebut sebagai amalan jariyah. Oleh sebab itu, tidak heran bila kaum cendekiawan selalu berlomba-lomba menciptakan karya tulis mereka yang terbaru. Mengapa mereka merasa tidak jenuh bila menjadikan kegiatan tulis sebagai hobinya?

"Seseorang bisa karena mereka terbiasa melakukannya."

Seperti itu pepatah memotivasi seseorang agar selalu ingin berusaha keras. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam di dalam salah satu riwayat, Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu diperintah oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:

Tulislah! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar dari ucapanku kecuali kebenaran.”

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam secara tersirat memaksudkan bahwa umat Muslim hendaklah mengikuti Rasulullah dan kalau lupa mengenai sabda Beliau, maka ingatlah melalui catatan. Sehingga para sahabat selalu berlomba-lomba memperbanyak ilmu dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Salah satunya ialah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : “...Jika saja bukan karena dua ayat dalam Kitabullah, niscaya aku tidak akan meriwayatkan hadits...”

Kemudian dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu yang mendapatkan gelar 'Babul-ilmi' berpesan bahwa :

قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ

Artinya : “Ikatlah ilmu dengan kitab yaitu, dengan menulisnya.”

Adapun sahabat tabi'in yaitu Imam Syafi’i yang meriwayatkan ribuan hadits, Beliau pun masih tetap mencatat ketika mendapatkan ilmu baru. Maka Beliau pun berpesan bahwa :

العلم صيد والكتابة قيد، وقيد صيودك بالحبال الواثقة

Artinya : “Ilmu adalah hewan buruan, dan menulis itu adalah ikatannya. Maka ikatlah buruan kamu dengan tali yang kuat (yakni menulisnya).”

Pada hadits-hadits diatas merupakan penjelasan mengenai betapa pentingnya menulis. Karena tanpa menulis, masa lalu tidak akan sepenuhnya teringat. Dan tanpa masa lalu, seseorang tidak akan mampu memahami hikmahnya. Oleh sebab itu, bagaimana bila para sahabat tidak meriwayatkan hadits ke dalam tulisan? Apakah umat Islam saat ini mampu bertumpu hanya pada satu sumber hukum Islam saja? Jika kita mampu bertumpu pada satu sumber hukum Islam tanpa penjelasan dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, maka setiap orang akan menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar.

Pada pemaparan diatas, manfaat menulis dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Allah Subhanallahu wa Ta’ala memberikan kebaikan bagi mereka yang senantiasa menuangkan pemikirannya dalam tulisan.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman Q.S. Al-Qalam (68): 4 yaitu :

وَاِنَّكَ  لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

Artinya : "Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.”

2. Allah Subhanallahu wa Ta’ala memberikan pahala yang tidak akan terputus baginya.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam Q.S. Al-Qalam (68): 3 yaitu :

وَاِنَّ لَكَ لَاَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍ

Artinya : "Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.”

3. Allah Subhanallahu wa Ta’ala senantiasa memberikan taufiq-Nya bagi mereka yang hendak menuangkan pemikirannya.

Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam Q.S. Al-'Alaq (96): 4 yaitu :

الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ

Artinya : "Yang mengajar (manusia) dengan pena.”
                                                                                   
Adapun pesan dari para sahabat untuk kita diantaranya :

"Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti.” (Ali bin Abi Thalib)

“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak dari seorang ulama besar, maka jadilah penulis”. (Imam Al-Ghazali)

Semoga kita menjadi orang yang berilmu dan diberikan Allah Subhanallahu wa Ta’ala taufiq dalam penyampaian ilmu yang kita miliki.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.





No comments: