Tuesday, May 16, 2017

Pedihnya Bila Menyembunyikan Ilmu

Setiap orang memiliki pribadi yang berbeda-beda, begitu juga dengan tingkat keilmuan seseorang. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mengharuskan seseorang untuk menimba ilmu dari berbagai sumber. Sumber-sumber ilmu pengetahuan bisa kita dapatkan dengan membaca buku, mengambil hikmah dari pengalaman orang lain, berdasarkan pengalaman pribadi atau melalui ilmu yang disampaikan oleh orang lain. Terkadang ada orang yang tidak mau berbagi dengan ilmu yang ia miliki. Lalu bagaimanakah perspektif Islam terhadap orang yang seperti ini? Kemudian ada juga orang yang ditanya tentang suatu ilmu, tetapi ia menutupi kebenaran dari ilmunya?

Allah SWT. berfirman di dalam Q.S. Al-Baqarah 2: 159-160 yaitu :

اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِ ۙ  اُولٰٓئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَ

Artinya : "Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Quran), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat,"
(Ayat 159)


اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَبَيَّـنُوْا فَاُولٰٓئِكَ اَ تُوْبُ عَلَيْهِمْ ۚ  وَاَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Artinya : "Kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."
(Ayat 160)

Berdasarkan kedua ayat Al-Qur'an tersebut, maka mereka (menyembunyikan ilmu) merupakan orang-orang yang terlaknat oleh Allah SWT. Mengapa demikian? Dengan ilmu yang mereka bagikan, mereka tidak akan miskin. Jika seseorang miskin karena ilmu, bagaimana dengan seorang guru? Kalau ada seorang guru miskin karena ilmu yang ia bagikan akibat muridnya menjadi lebih pandai dari gurunya, hal itu bukan kesalahan karena ilmunya maupun muridnya. Akan tetapi, hal itu dikarenakan dirinya sendiri yang merasa cukup dengan keilmuannya dan tidak termotivasi oleh kesuksesan muridnya. Adapun mereka yang selalu memberikan ilmu, maka para malaikat Allah SWT. akan selalu mendoakan orang tersebut.

Para Imam, yaitu Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan dari Abu Darda’ Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda:


مَا طَلَعَتْ شَمْسٌ قَطُّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَلُمُّوْا إِلَى رَبِّكُمْ فَإِنَّ مَا قَلَّ وَكَفَى خَيْرٌ مِمَّا كَثُرَ وَأَلْهَى وَلاَ آبَتْ شَمْسٌ قَطٌّ إِلاَّ بُعِثَ بِجَنْبَتَيْهَا مَلَكَانِ يُنَادِيَانِ يُسْمِعَانِ أَهْلَ اْلأَرْضِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ، اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَأَعْطِ مُمْسِكًا مَالاً تَلَفًا.

“Tidaklah matahari terbit kecuali diutus di dua sisi-Nya dua Malaikat yang berseru. Semua penduduk bumi mendengarkannya kecuali jin dan manusia, mereka berdua berkata, ‘Wahai manusia menghadaplah kalian kepada Rabb kalian, karena yang sedikit dan cukup itu tentu lebih baik daripada yang banyak tetapi dipakai untuk foya-foya', dan tidaklah matahari terbenam kecuali diutus di antara dua sisi-Nya dua Malaikat yang berseru, semua penduduk bumi mendengarkannya kecuali jin dan manusia, mereka berdua berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfaq dan hancurkanlah harta orang yang pelit."

Pada riwayat tersebut, disebutkan bahwa ilmu juga merupakan harta. Bagaimana bisa? Ilmu merupakan harta yang tidak akan habis. Bahkan akan merasa kurang apabila kita merasakan kenikmatan ilmu. Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan dari ilmu? Kenikmatan ilmu akan sangat dirasakan apabila seseorang telah membagi ilmunya dan menerapkan ilmunya.


عن أبي هريرة قال : إن الناس يقولون أكثر أبو هريرة، ولولا آيتان في كتاب الله ما حدثت حديثا، ثم يتلو: {إن الذين يكتمون ما أنزلنا من البينات - إلى قوله - الرحيم}.......


Dari Abu Hurairah, ia berkata : “Orang-orang berkata : ‘Abu Hurairah terlalu banyak meriwayatkan hadits’. Jika saja bukan karena dua ayat dalam Kitabullah, niscaya aku tidak akan meriwayatkan hadits”. Kemudian ia (Abu Hurairah) membaca firman Allah : ‘Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang’ Q.S. Al-Baqarah : 159-160)…..”
(HR. Al-Bukhari nomor 118)


وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : { أشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لا ينتفع به

Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim (mengetahui ilmu) yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. HR. Al-Baihaqi)

Berdasarkan kedua hadits terakhir, dampak seseorang menyembunyikan ilmunya antara lain:

1. Allah SWT. akan menjadikan orang tersebut menjadi bodoh karena ilmunya sendiri. Bagaimana bisa? Apabila ia orang yang bakhil (pelit), bukankah dia akan lebih rentan menjadi lupa terhadap ilmunya? Sehingga ia menjalankan kehidupan sehari-harinya akan sangat pantang dari kebenaran ilmunya, maka ilmunya tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

2. Orang yang menyembunyikan ilmu akan tertimpa dirinya dengan hujatan-hujatan orang. Lalu apa yang akan ia lakukan? Ia akan tetap mempertahankan dirinya dengan menganggap bahwa orang lain adalah orang yang tidak penting. Sehingga muncullah sifat dan sikap sombong pada dirinya. Apakah ini sebuah nikmat?

3. Merugikan dirinya sendiri. Karena ia akan dijauhkan dari orang sekitarnya dan sempitlah pintu rezekinya akibat orang lain tidak mau berkomunikasi dengannya. Secara tidak langsung, ia telah memustuskan tali silaturahmi kepada orang lain dan juga menutup pintu sedekah buat akhiratnya.

Asy-Syaikh Ahmad Syaakir rahimahullah berkata :


تبليغُ العلم واجبٌُ، لا يجوزُ كتمانه، ولكنهم خصصوا ذلك بأهله، وأجازوا كتمانه عمن يكون مستعمداً لأخذه، وعمن يصر على الخطأ بعد إخباره بالصواب.
سُئل بعضُ العلماء عن شيء [من] العلم ؟ فلم يُجبْ، فقال السائل : أما سَمعتَ حديث : ((من علم العلماً فكتمه ألجم يوم القيامة بلجامٍ من نار)) ؟ فقال : اترك اللجام واذهب ! فإن جاء من يفقه وكتمتُه فَلْيُلْجمنيْ به.

“Menyampaikan ilmu adalah wajib, tidak diperbolehkan untuk menyembunyikannya. Akan tetapi, hal itu dikhususkan bagi ahlinya (benar-benar memahaminya), dan diperbolehkan orang yang belum menguasai atau sering keliru untuk menyembunyikannya.

Berdasarkan penjelasan Asy-Syaikh Ahmad Syaakir rahimahullah, maksudnya ialah kita harus menyampaikan suatu ilmu yang benar-benar kita memahami ilmunya. Sehingga jangan menunggangi penjelasan Beliau dengan alasan bahwa saya takut salah menjelaskannya, sedangkan dirinya memahami ilmunya. Hal ini tidaklah baik bagi dirinya karena lupa, rasa cemas, keliru maupun takut merupakan tipu daya syaithan.

Semoga Allah SWT. menjadikan ilmu kita bermanfaat dan semoga kita menjadi hamba Allah yang selalu dekat dengan-Nya.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.




No comments: