Jodoh merupakan seseorang yang dititipkan Allah Subhanallahu wa
Ta’ala kepada orang yang telah dipilih Allah untuknya dengan penuh rasa
kasih sayang dan saling mencintai diantara mereka. Ketika kita telah mendapatkan
cinta seseorang, maka ia akan menjadi orang yang akan bersikeras untuk selalu
menjaganya. Bukankah ketika dititipkan jodoh oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala
cinta itu harus dijaga? Lalu seperti apakah jodoh menurut Islam?
Di dalam Q.S. Al-'Imran (3): 14, Allah Subhanallahu wa Ta’ala
berfirman :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ
حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَـنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ
الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ
وَالْاَنْعَامِ وَالْحَـرْثِ ۗ ذٰ لِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا
ۚ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
Artinya : “Dijadikan terasa indah dalam
pandangan manusia terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan,
anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda
pilihan, hewan ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
Kemudian Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam
Q.S. Al-Kahf (18): 46 yaitu:
اَلْمَالُ وَ الْبَـنُوْنَ زِيْنَةُ
الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ
عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا
Artinya : “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan
dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Berdasarkan ayat tersebut, Allah Subhanallahu wa Ta’ala
menjelaskan bahwa sesungguhnya seseorang yang ada di samping kita tidak lain
hanyalah milik Allah. Ketika kita telah merasakan cinta terhadap seseorang,
maka jagalah nikmat Allah. Pada surah Al-'Imran tersebut, juga terdapat kalimat
'...terhadap apa yang diinginkan...' artinya bahwa seseorang itu akan
memperoleh cinta ketika ia telah bertemu dengan apa yang ia pandang. Tidak
hanya berhenti pada keinginan saja, tetapi kita juga diwajibkan untuk
berikhtiar termasuk dalam hal memilih jodoh.
Ketika seseorang menginginkan minum, apakah keinginannya itu akan
datang dengan sendirinya tanpa berjalan (tanpa ikhtiar)? Oleh karena itu,
sebagian besar orang merasa bahwa cintanya akan datang sendiri pada hari
kemudian. Padahal pandangan demikian, tidaklah tepat. Karena untuk mendapatkan
segala sesuatu yang ada di dunia ini haruslah dibarengi dengan ikhtiar.
Sehingga mereka hanya asyik tanpa melihat dunia. Hal ini sangat bertentangan
dengan makna cinta di dalam Islam. Kemudian bagaimana bila kita terlanjur
mencintai seseorang pada waktu yang di mabuk asmara? Bukankah Islam melarang
pacaran?
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam Q.S. Sad (38): 32 dan 34 yaitu :
فَقَالَ اِنِّيْۤ اَحْبَبْتُ حُبَّ
الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّيْ ۚ حَتّٰى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ
Artinya : "Maka dia (Sulaiman)
berkata, Sesungguhnya aku menyukai segala yang baik (kuda), yang membuat aku
tersibukkan dari ingat akan (kekuasaan) Tuhanku, sampai matahari terbenam.”
(ayat 32)
وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمٰنَ وَاَلْقَيْنَا
عَلٰى كُرْسِيِّهٖ جَسَدًا ثُمَّ اَنَابَ
Artinya : “Dan sungguh, Kami telah menguji Sulaiman dan Kami
jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena
sakit), kemudian dia bertobat.” (ayat 34)
Ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa cinta yang datang untuk
makhluk, ialah hanya ujian yang menggoda keimanan seseorang agar ia bisa kembali
kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Akan tetapi, saat ini kaum remaja
terlena dalam cinta. Bahkan mereka menganggap bahwa dirinya sulit melupakan
cintanya kepada orang yang dicintainya. Jika kita tidak berpaling dari petunjuk, padahal mereka sedang diuji seperti
Nabi Sulaiman ‘Alaihi Salam yang membuatnya selalu sibuk dengan
cintanya. Bukankah janji Allah lebih sempurna daripada pilihan diri kita? Tetapi
bagaimana bila kita tak bisa melepasnya, bagaimana bila kita selalu memikirkannya?
Kemudian Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam
Q.S. Al-'Imran (3): 139 yaitu :
وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا
وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Artinya : ”Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan
(pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang
yang beriman.”
Allah Subhanallahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa seseorang
yang menjadi kekasih kita saat ini, belum tentu akan menjadi pendamping hidup
selamanya. Ketika kita mencintai seseorang, maka kembalilah kepada Allah Subhanallahu
wa Ta’ala. Jika kita terlena dalam hubungan cinta sebelum sah, maka
berserah dirilah kepada Allah Ta'ala. Dan ketika kita merasakan sedih juga
perasaan kacau, maka ingatlah Allah Subhanallahu wa Ta’ala sebagai
pemilik rasa cinta dan kasih sayang. Karena Allah Subhanallahu wa Ta’ala
sedang menguji kita melalui perasaan cinta kepada kekasih. Lalu kenapa kita
yang diuji?
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam Q.S.
Al-'Ankabut (29): 2-3 yaitu :
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ
يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
(ayat 2)
وَلَقَدْ فَتَـنَّا الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِهِمْ فَلَيَـعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكٰذِبِيْنَ
“Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.”
(ayat 3)
Kemudian Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam
Q.S. Al-Baqarah (2): 286 yaitu :
لَا يُكَلِّفُ
اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا
اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ
اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ
عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ
لَنَا بِهٖ ۚ وَاعْفُ عَنَّا ۗ وَاغْفِرْ لَنَا ۗ
وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكٰفِرِيْنَ
Artinya : “Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami
jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan
kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah
kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir'."
Ketika kita mendapat ujian dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala,
maka bersyukurlah kepada Allah karena kita merupakan orang yang dipilih oleh
Allah Subhanallahu wa Ta’ala untuk melewatinya. Namun hal ini berbeda
pada masa kini, dimana remaja lebih mencintai seseorang daripada berani
melepasnya karena Allah Ta'ala. Padahal bila kita bertawakal kepada Allah,
sebenarnya Allah telah mempersiapkan special gift untuk kita. Tetapi kita masih
takut larut dalam kesedihan, bagaimana kita menjalaninya nanti? Justru malah
kita juga takut dia pergi dari kehidupan kita, padahal kita sudah mencintainya.
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman Q.S. Al-Baqarah (2):
45 yaitu :
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ
ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ
Artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu'.”
Dan Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam Q.S.
At-Taubah (9): 129 yaitu :
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ
اللّٰهُ ۖ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ
ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۗ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ
الْعَظِيْمِ
Artinya : “Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka
katakanlah: ‘Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya
kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung’.”
Ketika kita merasa senang, hanya kepada Allah kita bersyukur. Dan
bila kita merasa takut, hanya kepada Allah juga kita memohon. Maka 'Hasbi
Allah' adalah keyakinan dan ucapan yang tepat bagi seseorang untuk melepas
orang yang ia cintai karena berserah diri kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala.
Kemudian ketika kita sudah mampu melepasnya, seolah setan membujuk,”Tidak,
tidak mungkin kamu sanggup melepasnya!!! Kalau kamu melepasnya, dia tidak
menjadi pendampingmu nanti.” Sehingga kita sulit untuk move on dari mantan. Hal
tersebut yang membuat kita semakin bertahan dalam dosa pacaran.
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam Q.S. Yusuf
(12): 13 yaitu :
قَالَ اِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْۤ اَنْ
تَذْهَبُوْا بِهٖ وَاَخَافُ اَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَاَنْـتُمْ عَنْهُ
غٰفِلُوْنَ
Artinya : "Dia (Ya'qub) berkata,
Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku
khawatir dia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya.”
(Ayat 13)
Kemudian Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam
Q.S. Yusuf (12): 18 saat Yusuf hilang dari saudara-saudaranya :
وَجَآءُوْ عَلٰى
قَمِيـْصِهٖ بِدَمٍ كَذِبٍ ۗ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَـكُمْ
اَنْفُسُكُمْ اَمْرًا ۗ فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ ۗ وَاللّٰهُ
الْمُسْتَعَانُ عَلٰى مَا تَصِفُوْنَ
“Mereka datang
membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: ‘Sebenarnya
dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka
kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan’.”
Dan di dalam Q.S. Yusuf (12): 87 Allah Subhanallahu wa Ta’ala
berfirman :
يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا
تَايْـئَسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗ اِنَّهٗ لَا يَايْـئَسُ مِنْ
رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Artinya
: “Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
Kemudian Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman Q.S.
Al-Hijr (15): 56 yaitu :
قَالَ وَمَنْ يَّقْنَطُ مِنْ
رَّحْمَةِ رَبِّهٖۤ اِلَّا الضَّآلُّوْنَ
“Ibrahim
berkata: ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali
orang-orang yang sesat’.”
Di dalam Surah Yusuf tersebut, Allah Subhanallahu wa Ta’ala
menjelaskan bahwa rahmat Allah akan selalu bersama orang-orang yang selalu
mengingat Allah. Bahkan Nabi Ibrahim ‘Alaihi Salam mengatakan bahwa orang yang
berputus asa ialah termasuk orang yang sesat. Kehilangan orang yang kita cintai
sangat sedih, tetapi apakah kita tidak takut bila jauh dari Allah karena
maksiat itu?
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman di dalam Q.S. An-Nur
(24): 26 yaitu :
اَلْخَبِيْثٰتُ
لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِ ۚ وَالطَّيِّبٰتُ
لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِ ۚ اُولٰٓئِكَ
مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَ ۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ
Artinya : “Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh
mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
Dan Allah Subhanallahu wa Ta'ala berfirman Q.S. At-Taubah (9): 110-111 yaitu :
لَا يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِيْ
بَنَوْا رِيْبَةً فِيْ قُلُوْبِهِمْ اِلَّاۤ اَنْ تَقَطَّعَ قُلُوْبُهُمْ
ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
“Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa
menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah
hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
اِنَّ
اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ
لَهُمُ الْجَــنَّةَ ۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
فَيَقْتُلُوْنَ وَ يُقْتَلُوْنَ ۗ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰٮةِ
وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِ ۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ
مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَـبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖ
ۗ وَذٰ لِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar
Berdasarkan ayat-ayat diatas, keyakinan merupakan hal yang membuat
seseorang sulit ditinggalkan. Padahal Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang Maha Pencipta segala sesuatu dengan
kokoh. Sehingga keyakinan cinta kepada seseorang sekuat apapun bila Allah Subhanallahu
wa Ta’ala tidak meridhai, maka yang terjadi ialah keretakan diantara
keduanya.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Pada kalimat 'perempuan yang
keji hanya untuk lelaki yang keji...' Artinya, lihatlah usaha apa yang
selama ini diri kita perjuangkan. Jika kita senantiasa memperjuangkan kebaikan,
Insyaallah pasangan kita akan setara dengan kita. Maka kita harus memahami
bahwa jodoh itu datang ketika kita sudah melihat dunia yang disana terdapat
cinta seperti apa yang kita inginkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jodoh
merupakan takdir yang diusahakan sebagaimana dirinya berusaha untuk
mendapatkannya.
Suatu ketika, sahabat Abu Hurairah r.a. berpesan kepada putrinya
mengenai pendamping hidupnya ; 'Pilihlah bakal suamimu, orang yang bertaqwa
karena jika dia suka kepadamu, maka dia mendoakan kebaikan untukmu. Dan jika
dia tidak menyenangimu, dia tidak akan berlaku zalim terhadapmu.'
Semoga kita termasuk orang-orang yang dekat kepada Allah Subhanallah
wa Ta’ala.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Subhanaka
Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.